Bisnis penerbangan kuartal I- 2012 diperkirakan tumbuh berkisar 15-20% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu seiring besarnya animo masyarakat untuk menggunakan jasa penerbangan yang harganya dinilai kian terjangkau.
“Harga minyak masih cukup stabil sehingga tidak berpengaruh besar terhadap permintaan masyarakat terhadap layanan penerbangan,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay di Jakarta, baru-baru ini.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, total penumpang pesawat periode Januari-Februari 2012 yang melalui lima bandara utama mencapai 10,2 juta orang. Untuk penumpang domestik, jumlahnya mencapai 8,4 juta atau meningkat 5,28% dibanding periode sama tahun lalu sebanyak 8 juta orang.
Sedangkan, penumpang rute internasional berjumlah 1,8 juta orang. Dalam dua bulan pertama 2012, jumlah penumpang terbesar melalui Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) sebanyak 3 juta, atau 35,92% dari keseluruhan penumpang domestik. Sedangkan, jumlah penumpang internasional naik 15,36% dibanding periode sama tahun sebelumnya 1,6 juta orang.
Penumpang ke luar negeri terbanyak melalui Soekarno-Hatta 856,9 ribu orang, atau 47% dari seluruh penumpang rute mancanegara. Jumlah itu diikuti penumpang dari Bandara Ngurai Rai (Denpasar) sebanyak 537,8 ribu orang atau 29,5% dari total.
Menurut Herry, kenaikan minyak dunia dapat mempengaruhi bisnis penerbangan, terutama terhadap tarif penerbangan. Namun demikian, sepanjang perekonomian masih tumbuh , kalau pun tarif penerbangan harus naik, pengaruhnya tidak akan terlalu besar bagi permintaan layanan penerbangan.
“Karena di tengah kondisi perekonomian yang bagus, orang tentu butuh pergerakan, apalagi pembangunan infrastruktur masih terus dilakukan. Jadi, saya pikir sementara ini belum ada perubahan yang signifikan terhadap kondisi bisnis penerbangan,” ujar dia.
Herry memproyeksikan pertumbuhan bisnis penerbangan Indonesia bisa mencapai 15% pada tahun ini. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding target pertumbuhan bisnis penerbangan di Asia Pasifik yang hanya sekitar 5-6%. Bagi Asia Pasifik, kata Herry,
Indonesia merupakan primadona bisnis penerbangan, karena pasar nasional paling bergairah. Pencapaian realisasi bisnis sebesar 15-20% sepanjang tahun ini, lanjut dia, bisa tercapai. Itu terindikasi dari jumlah penumpang Bandara di Soekarno Hatta (Soetta) yang saat ini telah mencapai 50 juta penumpang per tahun. Jumlah tersebut tumbuh pesat, dibanding tahun-tahun sebelumnya yang masih di kisaran 35 juta penumpang per tahun.(ttp://www.suarapembaruan.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar